Teknik Pendakian
Jumat, 20 Januari 2012
A. Persiapan Pendakian
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan adanya kendala dan ancaman musibah, baik yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam maupun oleh kelalaian manusianya sendiri, maka perlu disusun rencana pendakian, minimal tidak mengabaikan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Informasi jalur, medan dan cuaca.\
Menghimpun informasi dari berbagai sumber akan dapat membantu kelancaran dan kemanan perjalanan pendakian. Sumber informasi didapat antara lain :
a. Pendaki yang sudah berpengalaman.
b. Tulisan tentang pendakian di media massa.
c. Berita musibah dalam pendakian.
d. Instansi terkait (PHPA/Taman Nasional/BKSDA)
e. Aparat desa/kecamatan setempat dan penduduk yang terdekat dengan lokasi pendakian.
2. Keselamatan dan kondisi fisik.
Mendaki gunung bukanlah kegiatan darmawisata, tetapi cenderung merupakan olahraga petualangan di alam bebas dan menguras tenaga. Oleh karena itu, setiap orang yang kan melakukan pendakian harus sehat jasmani dan rohani serta prima secara fisik.
Jangan sekali-kali memaksakan diri jika kesehatan dan kondisi fisik memang sedang lemah, karena akan berakibat fatal dalam pendakian. Bagi calon pendaki wanita yang sedang haid/menstruasi sebaiknya tidak melakukan pendakian demi keamanannya.
3. Biaya perjalanan.
Untuk mencapai lokasi pendakian, tidak terlepas dari sarana transportasi. Perjlanan dari dan ke tempat tujuan yang herus menggunakan jasa angkutan umum, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bagi pendaki yang merasa dirinya sudah sebagai anak “anak gunung” yang terbiasa hidup dalam segala cuaca dan tahan bantingan, tidak akan menjadi masalah kalau ternyata harus bermalam di terminal/stasiun. Mereka tidak perlu bermalam di hotel atau penginapan. Akan tetapi dalam menghadapi tariff angkutan umum yang sudah pasti dan tidak bias ditawar lagi, maka akan menjadi masalah apabila tidak membawa dana yang cukup.. oleh karena itu, dalam merencanakan pendakian, pos pengeluaran untuk biaya transportasi harus dikalkulasi secara benar.
4. Kelengkapan identitas diri.
KTP, kartu pelajar/mahasiswa atau identitas lainnya dan beberapa lembar foto copynya harus dibawa, karena akan diperlukan ketika melapor/meminta izin kepada pihak berwenang. Sehingga apabila terjadi musibah, akan memudahkan mendapat pertolongan dan identifikasi. Bila memungkinkan, sebaiknya pendaki memakai kalung identitas yang terbuat dari logam.
5. Perlengkapan pakaian dan logistik.
a. Perlengkapan pakaian
- T-shirt dan jaket yangn dapat menyerao keringat. Untuk memudahkan identifikasi dalam pencarian bila terkena musibah, sebaiknya pilih yang berwarna kontras.
- Usahakan jangan memakai celana jeans karena akan menyerap dingin dan akan menjadi berat jika basah. Sebaiknya memakai celana kain model tentara yang banyak kantongnya.
- Sepatu gunung dan sandal gunung, kaos kaki panjang, sarung tangan wol, topi kupluk, celana pendek, kemeja flannel, kain sarung, handuk kecil, sabun mandi dan sikat gigi beserta pasta gigi.
- Sleeping bag dan matras, ponco/jas hujan dan plastic lembaran.
- Lampu senter (cadangan batrai jangan lupa), beberapa gulung tali pramuka, pisau lipat serbaguna.
- Kompor gas, mesting/panic masak tentara, korek api gas dan lilin, piring plastic beserta cangkir dan sendok makan.
- Obat-obatan P3KP.
- Tenda, dum/bivak, peta topografi, kompas dan peluit.
- Perlengkapan survivor seperti jarum jahit, benang, silet, gunting, karet ban mobil, mata kail dan kailnya,
- Pakaian cadangan, baterai dan kamera dimasukan ke dalam kantong plastic agar tidak lembab terkena embun hujan.
b. Perlengkapan logistik
- Makanan dan minuman yang biasa sering dibawa pendaki gunung antara lain : mie kering, roti, biscuit, telur asin, minuman serbuk kemasan, gula pasir auat aren, garam dapur, minyak ikan, madu, abon dan susu.
- Air minum kemasan botol plastic. Apabila sudah kosong botolnya bias dimanfaatkan lagi untuk tempat air.
- Kalau bias membawa beras, asalkan bias mendapatkan air yang cukup untuk memasaknya.
Catatan :
1. Bawa logistik secukupnya sesui dengan lamanya pendakian.
2. Jangan membawa makanan yang mudah basi.
3. Logistik jangan dipusatkan pada satu orangn saja.
4. Untuk seorang pendaki rata-rata membutuhkan 400 – 500 kalori per hari.
5. Hindari minuman beralkohol agar tidak lepas control dan hilang keseimbangan.
B. Teknik Packing
Packing adalah menyusun perlengkapan ke dalam ransel. Kenyamanan dan efisiensi ransel menempel pada tubuh selain ditentukan secara langsung oleh desain ransel juga ditentukan oleh cara penyusunan barangnya. Yang menjadi dasar Packing adalah keseimbangan beban. Ini bergantung kepada cara kita menumpukan berat beban pada tubuh sedemikian rupa, sehingga kaki dapat berjalan secara efisien.
Dalam batas batas tertentu, rangka yang dimiliki oleh ransel banyak memberikan kenyamanan. Rangka ini membuat posisi tubuh lebih nyaman saat menggendong beban. Namun bagaimanapun canggihnya desain ransel yang kita miliki, akan sedikit artinya apabila kita tidak mampu menyusun barang dengan baik.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah :
1. Tempatkanlah barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin ke badan. Barang barang yang relatif ringan (sleeping bag, pakaian tidur) ditempatkan di bagian bawah.
2. Letakkan barang barang yang sewaktu waktu diperlukan (ponco, alat P3K, kamera,dll) pada bagian atas atau pada kantung kantung luar ransel.
3. Kelompokkan barang barang dan masukkan ke dalam kantung kantung plastik yang tidak tembus air, terutama pakaian tidur atau pakaian cadangan, kertas kertas, buku, dll.
4. Masukan benda benda yang mudah pecah ke dalam wadah yang kuat dan diisi juga dengan benda benda yang dapat menahan goncangan, seperti kertas, kain, busa, dll.
5. Matras tidur yang dimasukkan kedalam ransel dapat membantu mempertahankan bentuk ransel dan mempermudah penyusunan barang ke dalam ransel, sehingga menjadi padat, rapi dan efisien.
6. Bila perlu bawalah tas tambahan yang lebih memudahkan kita untuk menjangkau barang barang yang diperlukan, seperti tas pinggang, tas sandang, dll
C. Pendakian
1. Ketahanan mental dan percaya diri
Jalur pendakian bukanlah jalan raya bebas hambatan, tetapi merupakan jalan setapak dengan kondisi bervariasi dan terkadang membingungkan dan membosankan. Belum lagi harus melewati hutan hujan tropis yang masih jarang dilewati yang penuh dengan semak belukar, padang alang-alang, sabana yang luas, batang pohon yang tumbang dan menutup jalur, jembatan batang pohon di atas jurang, melewati tebing, dan jurang yang terjal. Terkadanng juga dihadang oleh medan lereng pasir dan batuan vulkanik yang labil, tanah berdebu, jalur licin dan rawan longsor, tiupan angin yang kencang serta perubahan cuaca panas dan dingin yang menyenngsarakan.
Beruntung bila selama pendakian tidak dihadanng oleh binatang buas, seperti harimau, ular, babi hutan dank era. Untuk mengantisipasi kejadian-kejadian seperti itu, tentu saja harus diimbangi dengan mental yang kuat, semangat tinggi dan rasa percaya diri serta tidak lupa berdo’a memohon perlindungan kepada Tuhan YME.
Usahakan selama perjalanan pendakian jangan banyak mengeluh dan banyak bertanya jauh dekatnya lokasi tujuan. Hal tersebut secara psikologis dapat menurunkan semangat dan menimbulkan rasa putus asa serta tidak percaya diri, terutama bagi pendaki wanita dan pemula atau pendaki yang baru pertama kali melakukan pendakian di gunung tersebut.
2. Disiplin dan konsentrasi
Di setiap gunung yang menjadi sasaran pendakian, pada umumnya terdapat jalur setapak dengan kondisi yang bervariasi. Pemandu arah atau jalur adalah rambu-rambu pada pohon yang telah dibuat oleh para pendaki terdahulu, OPA atau petugas PHPA.
Rambu-rambu arah dalam hutan bias berupa tandah panah yang terbuat dari guntingan seng, torehan cat atau goresan pada batang pohon ataupun ikatan tali raffia pada dahan pohon. Berjalanlah pada jalur resmi atau yang sudah sering dilewati oleh pendaki lain. Buat tanda jejak dengan ranting pohon bila menemui jalur yang meragukan, seperti jalur yang bercabang atau sudah tertutup semak, sehingga jika ingin kembali pada jalur awal tidak akan kehilangan jejak.
Kalau selama pendakian tidak ingin tersesat sebaiknya jangan coba-coba membuat jalur baru atau jalur pintas sendiri. Kecuali bagi pendaki senior yang telah berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang SAR (search and resque).
3. Memelihara kekompakan
Rasa kebersamaan dan kekompakan sesame pendaki dalam suatu pendakian mutlak diperlukan. Toleransi dan keakraban tidak terbatas dengan sesame teman satu tim/rombongan sendiri, tetapi juga dengan para pendaki di luar rombongannya sendiri. Solidaritas perlu diciptakan karena berada dalam kawasan alam bebas dan rawan bahaya, sama-sama akan menghadapi masalah yang tidak jauh berbeda, seperti sakit, kekurangan makanan/minuman, kecelakaan dan bias mungkin kematian.
4. Berjalan dan langkah kaki
Bila melakukan pendakian secara berombongan, rombongan dibagi menjadi beberapa regu. Tiap regu (7-10 orang) dipimpin oleh senior atau orang yang sudah mengenal jalur dan medan sebagai pemandu. Dalam setiap regu pendaki wanita dan pria dicampur. Pada jalur yang sempit atau punggung juranng harus ekstra hati-hati, langkah kaki diperlambat tidak saling mendahului dan berjalan mengikuti jalur resmi yang sudah ada. Ingat konsentrasi harus terpusat pada jalur dan kondisi medan sekitar terutama dalam pendakian di malam hari.
Untuk mengatur kondisi fisik dari kelelahan dalam melakukan perjalanan menanjak, sebaiknya setiap 1 jam berjalan, berhenti sejenak tidak lebih dari 10 menit. Pada saat itu dimanfaatkan untuk menambah kalori dengan memakan makanan ringan dan minum air sehemat mungkin.
Irama langkah kaki selama dalam pendakian hendaknya disesuaikan dengan kebiasaan langkah sendiri. Jangan memaksakan mengikuti langkah teman pendaki yang lain, apalagi yang langkahnya cepat dan panjang. Berjalanlah dengan perasaan senang dan optimis. Tujuan utama akan sampai dipuncak dan kembali turun dengan sehat dan selamat.
Ketika berjalan di medan berbasir menuju puncak seperti gunung Semeru, kaki sering melorot dan ambles ke dalamnya. Adapun tekniknya adalah begitu kaki bergerak akan melorort, segera buka kea rah luar kedua belah telapak kaki dan injaklah batuan vulkanik yang diperkirakan kuat dan tidak akan longsor.
5. Membawa beban dalam ransel
Pergunakanlah ransel yang ukurannya tidak terlalu tinggi bila sudah diisi penuh perbekalan. Hal ini akan menyulitkan serta menghambat perjalanan bila harus lewat di bawah batang pohon tumbang. Untuk menjaga keseimbangan dan memusatkan titik beban di kedua belah pundak, sebaiknya titik berat beban jatuh di bagian atas punggung.
6. Pendakian rombongan
Membawa rombongan dalam suatu pendakian akan menghadapi banyak kendala, baik yang dating dari dalam rombongan sendiri maupun yang disebabkan oleh kondisi alam. Apalagi bila diantara anggota rombongan belum ada yang mengenal kondisi medan dan jalur. Usahakan untuk sekurang-kurangnya menguranngi kendala yang akan terjadi, yaitu dengan terlebih dahulu mengadakan survey dan orientasi medan oleh beberapa anggota rombongan. Maksudnya untuk mendata situasi dan kondisi medan, jalur, lokasi untuk kemah, lokasi sumber air, dan member rambu-rambu arah serta tanda bahaya. Dengan memperhitungkan waktu tempuh, maka dapat memperkirakan persediaan logistik dan perlengkapan yang diperlukan. Demikian juga mengenai transportasi dan biaya perjalanan.
7. Waktu pendakian
a. Pendakian bias dilakukan pada siang atau malam hari. Bagi seorang pendaki pemula yang belum mengenal medan dan jalur sebaiknya melakukan pendakian pada pagi hari atau bila malam hari bias bergabung dengan pendaki lain yang sudah berpengalaman.
b. Bila terjadi ktebal, hujan maupun badai sebaiknya menunda pendakian atau membatalkannya, terutama pendakian ke puncak gunung yangn lerengnya didominasi pasir dan batuan vulkanik atau pada jalur yang rawa longsor.
c. Selama perjalanan pada malam hari, jagalah selalu kewaspadaan dan konsentrasi pada jalur dan kondisi medan sekitarnya. Terkadang pendaki yang tidak konsentrasi akan kehilangan jalur, sedangkan keluar dari jalur resmi akan berakibat fatal, tersesat dan mungkin juga bias masuk jurang.
D. Teknik berjalan di gunung
Pada dasarnya, teknik berjalan yang benar adalah untuk mengaja kesimbangan tubuh. Keseimbangan ini diperlukan terutama untuk mengontrol semua gerakan langkah kita lebih kuat dan kokoh. Ini akan memberikan kenikmatan, kebebasan, serta keluwesan bagi pendaki gunung.
1. Metode Lock-Knee
Cobalah berdiri di anak tangga dengan kedua kaki, lutut didorong ke belakang, sehingga anda dalam posisi tegak. Langkahkan kaki kanan anda keanak tanggal berikutnya. Waktu mengangkat badan, saat kedua kaki dalam posisi sama tinggi, kaki kanan anda yang sedang menahan berat badan langsung anda kunci dengan cara menekan lutut ke belakang. Lalu teruskan dengan kaki kiri ke anak tangga berikutnya.
Praktekanlah metode di atas saat anda melakukan perjalanan. Berjalan dengan metode lock-oknee dengan sendirinya medorong tubuh untuk selalu tegak. Hal ini sangat mengunutngkan di medan yang miring. Posisi tubuh yang tegak menambah mantap pijakan kaki serta menjaga keseimbangan badan. Tetapi jkika tubuh berkurang. Ini memudahkan terpeleset, terutama di medan berkerikil.
2. Berjalan Pelan
Berjalan pelan tetapi dengan langkah yang kuat dan sedikit beristirahat akan lebih baik daripada berjalan terlalu cepat tetapi sering berhenti untuk beristirahat. Seorang anggota yang baik akan berjalan dalam waktu yang lama tanpa istirahat – bisa dua sampai tiga jam.
Jika kita melakukannya dan tidak merasa capai, itu menandakan bahwa stamina kita baik. Tetapi semuanya memerlukan latihan dan pengalaman. Jika kita beristirahat setiap setengah jam kurang, tandanya kita terlalu capai dan memaksakan diri. Atau dalam satu jama kita sering berhenti untuk istirahat berarti kita berjalan terlalu cepat. Jika anda perlu istirahat, pilihlah tempat yang nyaman, indah serta leluasa. Ini akan membantu mengurangi rasa lelah.
3. Perjalanan Turun
Sebelum melakukan perjalanan turun, terutama pada medan yang terjal, sebaiknya tali sepatu diikat lebih kencang. Ini akan membantu menahan bagian belakang kaki kita sengiinga bagian depan kaki dan jari-jari tidak sakit oleh tekanan bagian depan sepatu kita.
Perjalanan turun benar-benar akan menguji kekuatan otot-otot kaki, terutama jika membawa beban yang berat. Lakukan dengan hati-hati karena ada kecenderungan dorongan ke arah dpan akibat beban yang kita bawa yangh bisa mmeudahkan jatuh atau terguling.
Pada saat melangkah, jejakkan kaki sehingga seluruh tapak sepatu menyentuh permjukaan tanah. Usahakah badan selalu tegak dan condong ke arah depan berarti menghilanghkan keseimbangan dan mengurangi kekuatan pijakan kaki. Pilihlah jala yang landai, jangan memotong lewat lereng yang terjela. Beristirahatlah setelah melakukan perjalalan turun yang panjang untuk mengihindari cedera otot.
4. Berjalan dalam kelompok
Disarankan dibentuk oleh lebih dari 3 orang anggota. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa jika salah satu mendapat kecelakaan atau hal yang tidak diduga lainnya, maka yuang dua orang lagi dapat menolongnya.
Anggota yang terlalu banyak juga menambah persoalan tersendiri, mulai dari ukuran-ukuran perlengkapan yang dibawa sampai pada variasi irama jalan dan variasi kemauan setiap orang yang berbeda-beda. pIlihlah ketua regu jika hal ini dianggap penting. Buatlah keputusan seara demikratis. Sebaiknya sebuah regu tidak berpencar, kalaupun terpaksa perhatikan selalu pembagian perlengakapan dan bahan makanan.
Kegiatan-kegiatan di alam bebas biasanya penuh bahaya dan resiko, karena itu berjalan seorangan diri sebaiknya dihindari. Tak seorangpun tahu pasti apa yang akan terjadi pada dirinya.
1 komentar:
waaahhh, bermanfaat banget ni infonya, terutama soal teknik berjalan di gunung! :p
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar