Konservasi Tanah dan Air

11.      Pengertian Konservasi Tanah dan Air
a.      Pengertian konservasi Tanah
Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Simmonson (1957), tanah adalah permukaan lahan yang kontiniu menutupi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak pegunungan, daerah salju abadi. Sedangkan menurut Soil Survey Staff (1973), tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya, yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman.
Menurut Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah dalam arti luas adalah penempatan tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebar dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Upaya konservasi tanah bertujuan untuk :
1.      Mencegah erosi.
2.      Memperbaiki tanah yang rusak.
3.      Memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan.
b.      Pengertian Konservasi Air
Penghematan air atau konservasi air adalah perilaku yang disengaja dengan tujuan mengurangi penggunaan air segar, melalui metode teknologi atau perilaku sosial. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jauh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang dapat merusak serta tersedianya air pada musim kemarau.
Usaha konservasi air bertujuan untuk:
1)      Untuk menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan, pengurangan air segar dari sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya.
2)      Penghematan energi - Pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan air limbah mengonsumsi energi besar.
3)      Konservasi habitat - Penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan migrasi aliran air, termasuk usaha-usaha baru pembangunan waduk dan infrastruktur berbasis air lain (pemeliharaan yang lama).

22.      Macam-macam matode konservasi Tanah dan Air
a.      Metode Konservasi Tanah
Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode kimia.
·         Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006).
Beberapa teknik konservasi tanah dan  air melalui cara vegetatif seperti pertanaman lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa.
1.      Pertanaman lorong (alley cropping) adalah sistem bercocok tanam dan konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar. Menerapkan pertanaman lorong pada lahan miring biayanya jauh lebih murah dibandingkan membuat teras bangku, tapi efektif menahan erosi. Setelah 3-4 tahun sejak tanaman pagar tumbuh akan terbentuk teras. Terbentukannya teras secara alami dan berangsur sehingga sering disebut teras kredit.
2.      Sistem silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpangsari, tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman hutan bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah, setaria, dll. Ada beberapa bentuk silvipastura yang dikenal di Indonesia antara lain (a) tanaman pakan di hutan tanaman industri, (b) tanaman pakan di hutan sekunder, (c) tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan (d) tanaman pakan sebagai pagar hidup.
3.      Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah agar terhindar dari pukulan butir hujan. Mulsa merupakan teknik pencegahan erosi yang cukup efektif. Jika bahan mulsa berasal dari bahan organik, maka mulsa juga berfungsi dalam pemeliharaan bahan organik tanah. Bahan organik yang dapat dijadikan mulsa dapat berasal dari sisa tanaman, hasil pangkasan tanaman pagar dari sistem pertanaman lorong, hasil pangkasan tanaman penutup tanah atau didatangkan dari luar lahan pertanian.
·         Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah dan air adalah pengolahan tanah, guludan, teras,  penghambat (check dam), waduk, rorak, perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad, 2006).
·         Metode Kimia atau cara kimia dalam usahan pencegahan erosi,yaitu dengan pemanfaatan soil conditiner atau bahan pamtap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi. Bahan kimia memiliki pengaruh yang besar terhadap stabilitas tanah karena senyawa tersebuttahan terhadap mikrobia tanah permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang.
b.      Metode Konservasi Air
Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase sebaliknya. Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih keluar dari tanah. Air-lebih adalah bagian dari air yang ada di dalam tanah yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air (Pahan, 2008).
Drainase pada tanah gambut secara alami selalu berada dalam kondisi sangat terhambat hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan yang tepat sehingga drainase dapat diperbaiki untuk mencapai muka air tanah yang optimum tanpa mengakibatkan drainase yang berlebihan (over drainage). Drainase yang berlebihan akan mengakibatkan kekeringan pada tanah gambut yang bersifat tidak dapat balik (irreversible) dan penurunan muka tanah yang serius. Keberadaan mineral pirit pada tanah gambut sehingga tetap tereduksi juga harus diperhatikan.
Untuk mencapai kondisi ini, diperlukan jaringan drainase dan pintu-pintu air yang cukup (PPKS, 2006). Pembangunan sistem drainase di perkebunan terutama ditujukan untuk mengendalikan kelembaban tanah sehingga kadar airnya stabil antara 20-25% dengan kedalaman arus air maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga diusahakan terhindar dari kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum 2 minggu (Pahan, 2008).
Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan dan memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan. Air irigasi mempunyai kegunaan lain, yaitu (1) mempermudah pengolahan tanah, (2) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (3) mencuci tanah dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi, (4) menggenangi tanah untuk memberantas gulma serta hama penyakit. Pada perkebunan kelapa sawit, pemberian air irigasi biasanya dilakukan dengan cara pemberian air dalam selokan atau saluran (furrows irrigation) (PPKS, 2006).
3.      Contoh Konsevasi tanah dan Air
Saya mengambil contoh konservasi tanah dan air yang dilakukan oleh para petani di Jalan Pomahan, Sleman,yogyakarta yang mana ini merupakan daerah sekitar tempat tinggal saya. Konservasi tanah dan air oleh para petani ini menggunakan metode vegetatif dan metode mekanik. Pengelolahannya bisa dilihat pada gambar.



 
(2) pemberian mulsa    










           
(3) Seseorang petani menanam tanaman pangan di pinggir.









 3. Permasalahan Konservasi Tanah dan Air
1)      Faktor Alami Penyebab Erosi
Kondisi sumber daya lahan Indonesia cenderung mempercepat laju erosi tanah, terutama tiga faktor berikut:
1)      curah hujan yang tinggi, baik kuantitas maupun intensitasnya,
2)      lereng yang curam,
3)      tanah yang peka erosi, terutama terkait dengan genesa tanah.
Data BMG (1994) menunjukkan bahwa sekitar 23,1% luas wilayah Indonesia memiliki curah hujan tahunan > 3.500 mm, sekitar 59,7% antara 2.000-3.500 mm, dan hanya 17,2% yang memiliki curah hujan tahunan < 2.000 mm. Dengan demikian, curah hujan merupakan faktor pendorong terjadinya erosi berat, dan mencakup areal yang luas. Lereng merupakan penyebab erosi alami yang dominan di samping curah hujan. Sebagian besar (77%) lahan di Indonesia berlereng > 3% dengan topografi datar, agak berombak, bergelombang, berbukit sampai bergunung. Lahan datar (lereng < 3%) hanya sekitar 42,6 juta ha, kurang dari seperempat wilayah Indonesia (Subagyo et al. 2000). Secara umum, lahan berlereng (> 3%) di setiap pulau di Indonesia lebih luas dari lahan datar (< 3%).
Erosi merupakan peristiwa hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat oleh air atau angin. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organic, dan mengikatnya kepadatan serta ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air. Akibat dari peristiwa ini adalah menurunnya produktivitas tanah, dan berkurangnya pengisian air bawah tanah. Tentunya akibat perubahan sifat fisik dan kimia tanah akibat erosi maka terjadi pula kemerosotan produktivitas tanaman.
Tanah yang tererosi terangkut aliran permukaan yang akan diendapkan di tempat- tempat yang alirannya melambat atau berhenti di dalam berbagai badan air seperti sungai, saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Endapan tersebut menyebabkan pendangkalan pada badan sungai dan akan mengakibatkan semakin sering terjadi banjir dan semakin dalam banjir yang terjadi. Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah menyebabkan berkurangnya pengisian kembali air bawah tanah yang berakibat tidak ada air masuk ke sungai pada musim kemarau. Dengan demikian peristiwa banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau merupakan peristiwa lanjutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa erosi. Selain itu peristiwa tercucinya unsur hara yang menyebabkan eutrofikasi menjadi salah satu penyebab lain dari proses erosi.
2)      Praktek Pertanian yang Kurang Bijak
Tingginya desakan kebutuhan terhadap lahan pertanian menyebabkan tanaman semusim tidak hanya dibudidayakan pada lahan datar, tetapi juga pada lahan yang berlereng > 16%, yang seharusnya digunakan untuk tanaman tahunan atau hutan. Secara keseluruhan, lahan kering datarberombak meliputi luas 31,5 juta ha (Hidayat dan Mulyani 2002), namun penggunaannya diperebutkan oleh pertanian, pemukiman, industri, pertambangan, dan sektor lainnya. Pada umumnya, daya saing petani dan pertanian lahan kering jauh lebih rendah dibanding sektor lain, sehingga pertanian terdesak ke lahan lahan berlereng curam.
Laju erosi tanah meningkat dengan berkembangnya budi daya pertanian yang tidak disertai penerapan teknik konservasi, seperti pada sistem perladangan berpindah yang banyak dijumpai di luar Jawa. Bahkan pada sistem pertanian menetap pun, penerapan teknik konservasi tanah belum merupakan kebiasaan petani dan belum dianggap sebagai bagian penting dari pertanian.
3)      Faktor Kebijakan dan Sosial- Ekonomi
Kebijakan dan perhatian pemerintah sangat menentukan efektivitas dan keberhasilan upaya pengendalian degradasi tanah. Namun, berbagai kebijakan yang ada belum memadai dan efektif, baik dari segi kelembagaan maupun pendanaan. Selaras dengan tantangan yang dihadapi, selama ini prioritas utama pembangunan pertanian lebih ditujukan pada peningkatan produksi dan pertumbuhan ekonomi secara makro, sehingga aspek keberlanjutan dan kelestarian sumber daya lahan agak tertinggalkan. Padahal aspek tersebut berdampak jangka panjang bagi pembangunan pertanian di masa mendatang. Selain kurangnya dukungan kebijakan pemerintah, masalah sosial juga sering menghambat penerapan konservasi tanah, seperti sistem kepemilikan dan hak atas lahan, fragmentasi lahan, sempitnya lahan garapan petani, dan tekanan penduduk. Kondisi ekonomi petani yang umumnya rendah sering menjadi alasan bagi mereka untuk mengabaikan konservasi tanah.
Konversi lahan pertanian sering disebabkan oleh faktor ekonomi petani, yang memaksa mereka menjual lahan walaupun mengakibatkan hilangnya sumber mata pencaharian (Abdurachman 2004). Selain faktor alami, terjadinya kebakaran hutan dan lahan terutama terkait dengan lemahnya peraturan dan sistem perundangundangan. Selain itu, faktor teknis dan ekonomi juga menjadi pemicu utama kebakaran hutan dan lahan dengan alasan mudah dan murah.

4. Degradasi Tanah Di Indonesia
Kerusakan tanah didefenisikan sebagai proses atau fenomena penurunan kapasitas tanah dalam mendukung kehidupan. Arsyad (2000) menyatakan bahwa kerusakan tanah adalah hilangnya atau menurunnya fungsi tanah, baik fungsinya sebagai sumber unsur hara tumbuhan maupun maupun fungsinya sebagai matrik tempat akar tumbuhan berjangkar dan tempat air tersimpan. Kerusakan tanah terjadi akibat:
1)        Hilangnya unsur hara dan bahan organic di daerah perakaran.
2)        terakumulasinya garam di daerah perakaran (salinisasi), terakumulasinya unsur beracun bagi tanaman
3)        penjenuhan tanah oleh air (water logging)
4)        erosi.
Degradasi tanah di Indonesia yang paling dominan adalah erosi. Proses ini telah berlangsung lama dan mengakibatkan kerusakan pada lahan-lahan pertanian. Jenis degradasi yang lain adalah pencemaran kimiawi, kebakaran hutan, aktivitas penambangan dan industri, serta dalam arti luas termasuk juga konversi lahan pertanian ke non pertanian.
Kerusakan sumber air terjadi berupa hilangnya atau mengeringnya mata air berhubungan erat dengan peristiwa erosi. Menurunnya kualitas air dapat disebabkan oleh kandungan sedimen dan unsur yang terbawa masuk oleh air yang bersumber dari erosi, tercuci oleh air hujan dari lahan-laha pertanian, atau bahan dan senyawa dari limbah industry atau limbah pertanian. Peristiwa ini disebut dengan polusi air.

READ MORE - Konservasi Tanah dan Air

Pengelolaan Hutan Lindung Perum Perhutani KPH Surakarta


Disampaikan Oleh Ibu Tutik, Pelaksanaan Pengelolaan Hutan Lindung Perum Perhutani KPH Surakarta
        
       HUTAN
Suatu Ekosistem yang bercirikan liputan pohon yang cukup luas baik yang lebat maupun yang kurang lebat
Hutan Lindung
    Kawasan Hutan yang sifat alamnya diperuntukan guna mengatur :
  • Tata air 
  • Pencegahan bencana banjir 
  • Erosi
  • Pemeliharaan kesuburan tanah
Hutan Produksi :
  • Kawasan hutan yang telah ditetapkan peruntukannya untuk memproduksi hasil huatan dan hasil ikutan hutan 
  • Kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil ikutan untuk memenuhi keerluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan industri dan ekspor
Hutan Negara : 
Kawasan hutan dan hutan yang tumbuh diatas tanah yang tidak di bebani hak milik
Undang-undang :
  1. Undang – undang No.41 tahun 1999 tentang kehutanan.
  2. Undang – undang No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2010 tentang Perusahaaan Umum (Perum) Kehutanan Negara.
  4. Peraturan Pemerintah No.6 tahun 2007, Peraturan Pemerintah No.3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan.
  5. Keputusan Direksi Perum Perhuatani Nomor: 682 tahun 2009 tentang Pedoman Penelolaan  Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat.
  6. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor: 682 tahun 2009 tentang Pedoman Kelola Sosial.
VISI DAN MISI
PERUM PERHUTANI
VIS I:
Menjadi pengelola hutan lestari  untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
MISI :
  1. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip pengelolaan Hutan Lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan daya dukung Daerah Aliran sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu ekowisata, jasa lingkungan, agroferstry, serta potensi usaha berbaris kehutanan lainya guna memperhasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara kompoten.
  2. Membangun dan mengembangkan peerusahaan, organisasi serta sumber daya manusia perusahaan yang moderen, pofesional dan handal serta memperdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau kop[erasi petani hutan.
  3. Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional.
Konservasi hutan:

  • Upaya pengelolaan sumber daya hutan secara bijaksana dengan berpedoman pada asas kelestarian
  • Pembanguan hutan berwawasan lingkungan
  • Upaya pembangunan secara sadar dan terencana untuk memanfaatkan dan mengelola sumberdaya hutan secara bijaksana demi pembangunan yang berkualitas untuk menigkatkan kualitas hidup.
Pengelolaan Hutan
    Kegiatan kehutanan meliputi bidang :
  • perencanaan
  • pembinaan dan pembanguan hutan
  • pemungutan hasil hutan
  • perlindungan hasil hutan
  • Pengelolaan hasil hutan dan pemasaran hasil hutan
  • Pengelolaan Hutan
1. Pemeliharaan Hutan
Rangkaian kegiatan Silvikultur dalam rangaka usaha merawat dan menjaga tanaman hutan dari ganguaan yang dapat merusak serta merugikan pertumbuhan pohon atau tegakan hutan tanaman, maupun memperbaiki kualitas tanaman hutan.
2. Perlindungan hutan
Mencegah dan membatasi kerusakaan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh pembuatan manusia, ternak, kebakaran, sumberdaya alam, hama penyakit.
KPH SURAKARTA
Luas : 33.149, 80 Ha
         Hutan Lindung (Hl)
        19.211, 22 Ha (58%)
KPH SURAKARTA
Berdasarkan
Kelas Perusahan
33.149,80 Ha
Kawasan Kelas Perusahaan Pinus
22.350,4 Ha ( 67,4 % )
Kawasan Kelas Perusahaan Jati
10.799,39 Ha ( 32,6 % )
Pengelolaan Hutan Lindung
Perencanaan : 20th -10th -5th -1th
Pengkayaan : pinus
                     kina
                     rimba campur
                     ( puspa, damar, aksaia, trembesi,s uren, cyclo)
Pola tanam : 5 x 5
Tidak ada tanaman tepi maupun pagar
* Pola keamanan :
        Patroli bersama bersama LMDH
     
Tindakan  pemadaman kebakaran dilakukan bersama antara Perum Perhutani - LMDH
Pemungutan hasil :
                Kayu tidak diproduksi, kecuali kina.
Hasil : jasa lingkungan berupa :
                - Air
                - O2
                - Pencegahan erosi / angin
Terima Kasih 
Sumber : laselmanunggal
READ MORE - Pengelolaan Hutan Lindung Perum Perhutani KPH Surakarta

Cara Memilih Tas Gunung yang Tepat dan sesuai

بِسْـــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــمِ
Assalamualaikum, alhamdulillah segala apa yang di berikan Allah SWT patutnya kita terus syukuri. kali ini sayang ingin membahas betapa pentingnya sebuah tas carier untuk kepentingan pendakian maupun travelling. sebenarnya, kita sering mendengar ketika ada pertanyaan "tas gunung apa yang paling bagus buat mendaki"? jawabanya kebanyakan adalah tas yang sudah terkenal ada dari buatan luar negeri yaitu : deuter, vaude, karrimour, dll maupun dari lokal seperti eiger. padahal pada tidak benar sepenuhnya dan pula tidak salah. mengapa demikian ? coba deh kita analisa tas yang paling cocok buat kawan semua, jangan selalu bilang merek yang bagus itu sesuai dengan kita lho..

1. Jenis Tas

kebayang nggak ketika sebuah pendakian berpapasan dengan teman seperjalanan yang membawa tas jinjing khas kalau mau pergi belanja. saya pernah, dan memang sudah bisa di pastikan tas tersebut putus di tengah jalan. inilah yang menjadi penting, yaitu pilihlah tas sesuai dengan fungsinya. walaupun tas apapun sebenarnya dapat digunakan untuk traveling maupun pendakian, akan tetapi tas tersebut tidak di desain untuk ketahanan dalam membawa beban berat. merek apapun bisa di pakai asal nyaman dalam pemakaian, kuat dalam penggunaan, dan pastinya sesuai kebutuhan.
berikut adalah gambar dari sebuah forum yang menarik untuk di simak, beginilah tas  carier yang cocok untuk pendakian,

  • Faktor Keamanan
Keamanan untuk pendakian adalah suatu hal yang paling penting, sebuah tas harus di desain sedemikian rupa agar dapat menampung kebutuhan selama perjalanan, selama waktu tempuh yang di tentukan dan kuat dalam bahan. pasti aman untuk para pendaki. berikut adalah bagian-bagian tas yang penting dan menjadi pemilihan dalam menentukan tas pilihan.



  • Faktor Kenyamanan
Selain faktor keamanan, adalah faktor kenyamanan. faktor kenyamanan penting dalam pertimbangan pemilihan karena, selain aman tas tersebut harus nyaman di pakai. pernah mencoba tas TNI, benar sekali sangat tidak nyaman.. :D, nyaman dalam hal tas adalah dari bentuk, bahan, serta ergonomis atau fit dengan tubuh si pemakai. sehingga jangan pilih sembarangan. 
-Bentuk-
Dalam segi bentuk, menurut saya adalah berbentuk tabung tinggi ke atas, tidak besar ke samping maupun ke belakang, karena ini adalah masalah titik berat yang mengakibatkan keseimbangan tubuh saat mendaki. 
bentuk tas gunung ideal
-Bahan-
Bahan disini yang paling penting adalah bantalannya, terdapat 3 bantalan utama, yaitu bantalan punggung, bantalan pundak, dan bantalan pinggul serta sabuk pinggang. carilah bahan yang mudah menyerap keringat, seperti spon akan tetapi lebih padat, dan lebar area kontak dengan tubuh, ciri tas gunung yang baik adalah, empuk tapi tidak kempes jika di tekan, lebar. 
macam bantalan 
-fit dengan tubuh-
istilah jaman sekarang adalah ergonomis, yaitu bentuk benda yang menyesuaikan bentuk tubuh, disini saya membahas tentang pemilihan tas berdasarkan ukuran panjang tubuh kawan-kawan, atau namanya adalah panjang torso. panjang torso berguna menentukan posisi  bantalan pundak terhadap bantalan pinggul, pada manusia di ukur dari pertemuan ujung pundak tegak lurus dengan tulang leher sampai pertemuan tulang pinnggang tegak lurus dengan tulang pinggul bagian belakang, lihat gambar. bukan jaminan orang jangkung memiliki panjang torso jangkung pula, ataupun sebaliknya, baiknya di cek dulu :D
ukuran torso
tas yang bagus adalah memiliki sistem pengukuran panjang torso. sebelum saya tahu, saya hanya memilih, tas yang berkapasitas besar dan memiliki banyak tempat adalah yang terbaik, namun alangkah sia-sianya ketika membeli serasa tidak nyaman di pakai, walaupun tas tersebut di rekomendasi banyak pihak. mungkin salah satu penyebabnya adalah kesalahan dalam pemilihan tas karena tidak terlebih dahulu mengukur panjang torso tulang belakang kita. alangkah baiknya ukurlah panjang torso kawan dan tanyakan kepada penjual tas apakah sesuai. berikut contoh ukuran panjang torso
- tas dengan ukuran XS : dengan panjang torso 35 -  39
- tas dengan ukuran S : dengan panjang torso 40 - 44
- tas dengan ukuran M : dengan panjang torso 45 - 49
- tas dengan ukuran L : dengan panjang torso 50 -54
biasanya untuk ukuran indonesia panjang torso sekitar ukuran XS hingga M, type XS dan S biasanya ukuran perempuan indonesia, jarang sekali untuk ukuran L. setelah menemukan panjang torso, saatnya mengukur tas dan men setting sesuai panjang torso kita.
Setting torso pada tas
satu hal lagi faktor kenyamanan yang terlupa adalah :

-breathable-
tas yang di desain untuk menekan panas dan memberikan efek pendingin terhadap tubuh kita. tas ini biasanya memiliki ruang, tonjolan, atau lengkungan pada bagian punggung kita. sehingga panas yang keluar tidak terhalang oleh tas. untuk tas ini biasanya bertipe tas hiking dengan maksimal kapasitas 45 l saja, karena di peruntukan untuk kebutuhan hiking saja.
breathable

2. Sesuaikan kebutuhan pendakian

Selanjutnya adalah sesuaikan dengan kebutuhan pendakian, menurut pengalaman, mendaki selama 3 hari 2 malam cukup membawa maximal 40 - 45  l saja, untuk tiap orang, entah itu pendakian solo maupun beregu, jika terdapat kawan seperjalanan yang membawa kurang dari kapasitas tersebut, mau tidak mau, kita memberikan kapasitas yang lebih hingga 55 l. bisa di kalkulasi sendiri. jika untuk perjalanan yang membutuhkan waktu yang lama, maka perlu dipertimbangkan untuk kapasitas lebih besar, misalnya perjalanan ke gunung argopuro, total selama 5 hari berjalan tanpa henti. sebaiknya dipertimbangkan untuk kapasitas diatas 55l. namun ini hanya sebagai gambaran saja.

Tas apa yang menjadi pilihanmu ?? semoga bermanfaat

segala sumber foto saya akses di web bawah ini, dan isi dari blog adalah murni pengalaman pribadi. jika ada tambahan, nanti akan saya update. :D
READ MORE - Cara Memilih Tas Gunung yang Tepat dan sesuai

Teknik packing ransel (carrier)

Teknik packing ransel (carrier) saat mendaki gunung maupun kegiatan out bond lainnya sangat diperlukan sehingga barang-barang yang kita bawa dapat kita bawa dengan ringkas, efisien, rapi. Packing biasa disebut juga dengan pengepakan.
Packing merupakan cara atau teknik menyusun perlengkapan dalam ransel (carrier). Dengan packing (pengepakan) yang baik ransel akan mampu memuat peralatan dengan efisien namun tetap terasa nyaman dikenakan saat perjalanan.
Teknik packing yang benar membuat ransel (carrier) muat banyak tapi tidak memberatkan
Teknik packing yang benar membuat ransel (carrier) muat banyak tapi tidak memberatkan
Oleh para penggiat kegiatan alam bebas (pecinta alam) packing telah dianggap sebagai salah satu ‘seni’ tersendiri. Sehingga teknik menyusun barang dalam ransel ini sangat tergantung pada keahlian dan kebiasaan masing-masing.
Prinsip-prinsip packing carrier yang harus diperhatikan antara lain:
  • Masukkan matras dalam ransel.
Sebagian orang memang lebih menyukai menempatkan matras tidur di luar carrier (ransel). Namun dengan meletakkan matras melingkar di dalam carrier bentuk ransel akan lebih tegak dan lebih mudah saat melakukan packing (meyusun) ataupun mengambil barang dari dalam ransel.
  • Letakkan barang terberat di paling atas
Dengan meletakkan barang-barang yang berat di bagian atas, beban terberat ransel akan jatuh di pundak. Jika tidak, berat badan akan membebani pinggul sehingga kaki kurang bebas bergerak dan cepat merasa lelah.
  • Berat seimbang antara kiri dan kanan
Saat melakukan packing, letakkan barang sehingga beban antara bagian kiri dan kanan ransel seimbang. Beban yang tidak seimbang akan mengganggu keseimbangan tubuh apalagi mengingat jalur pendakian yang biasanya melalui medan-medan yang sulit.
  • Maksimalkan ruang-ruang yang ada.
Barang-barang yang berlubang bagian dalamnya seperti nasting (panci serba guna) jangan dibiarkan kosong tetapi isilah dengan barang-barang lain semisal beras, telur dll.
  • Urutkan barang sesuai waktu penggunaanya
Barang-barang yang akan segera dipakai letakkan dibagian atas saat packing. Dan sebaliknya, barang yang kemungkinan dipakai belakangan dibagian bawah.
  • Pisah barang yang sewaktu-waktu diperlukan
Ponco (jas hujan), PPPK dan obat-obatan adalah barang yang sewaktu-waktu diperlukan dalam perjalanan. Saat melakukan packing barang-barang ini dapat diletakkan di bagian atas ransel atau pada kantong-kantong di luar ransel sehingga saat membutuhkan dapat mengambilnya dengan cepat.
  • Masukkan ke kantong plastik
Sebelum di packing dalam ransel kelompokkan dan masukkan barang-barang ke dalam kantong plastik yang tidak tembus air, terutama pakaian tidur atau pakaian cadangan, kertas kertas, buku, dll.
  • Lindungi benda mudah pecah
Benda mudah pecah seperti telur sebaiknya dimasukkan ke dalam wadah yang kuat.
  • Hindari menggantung benda di luar ransel
Matras ataupun benda lainnya sebaiknya jangan diletakkan di luar ransel. Menggantungkan benda di luar ransel selain kurang rapi juga beresiko tersangkut semak atau sejenisnya sehingga akan mengganggu perjalanan
  • Bawalah tas tambahan
Bila memungkinkan bawalah tas tambahan semisal tas kecil yang bisa dikenakan di paha. Tas ini bisa untuk mewadahi barang-barang yang sering dikeluarmasukkan semacam kamera saku, obat-obatan, dll.
Para pecinta alam biasa menyebut teknik pengepakan (packing) ini sebagai seni. Karena itu, teknik packing ransel atau carrier akan sangat tergantung pada selera dan keahlian masing-masing. Namun prinsip utama dari packing adalah menyusun barang dengan efisien, rapi tanpa harus merepotkan selama perjalanan.
Saya tidak tahu apakah teknik packing ransel ini dapat diberlakukan juga pada travel bag atau koper. Terus terang saya tidak mempunyai travel bag maupun koper.
READ MORE - Teknik packing ransel (carrier)

Coming Back

SALAM RIMBA..!!!!!!


           Setelah sekian lama saya sudah vacum dari kegiatan pramuka khususnya kegiatan di SAKA WANABAKTI Surakarta, akhirnya saya bisa aktif lagi walaupun tidak secara langsung datang ke kegiatan saka wanabakti, tapi saya akan menyuport kegiatan itu dengan mencarikan materi" kepramukaan khususnya untuk SAKA WANABAKTI yang saya akan posting di blog ini.


            Saya berharap besar pada anggota aktif saka wanabakti solo dapat menggunakan dan mengelola blog ini, karena bila blog ini digunakan dengan tepat akan menguntungkan mereka dan menguntungkan juga bagi para pembaca blog ini.


            Mungkin itu saja dari saya apabila ada yang gak suka dengan saya mengambil alih lagi blog ini langsung hubungi saya,,



SWB/SOLO/26/2011/NTS
READ MORE - Coming Back